Bengkulu, Inforakyatindonesia.com – Di tengah arus digital yang kerap menyoroti capaian akademik semata, muncul satu inisiatif unik dari seorang pelajar SMA asal Provinsi Bengkulu yang menolak untuk diam.
Ia adalah Jumadi Hasibuan, pendiri dari Edukatif Indonesia. Sebuah platform digital yang lahir dari semangat untuk memberikan ruang ekspresi setara bagi seluruh pelajar Indonesia.
Tidak hanya bagi mereka yang berprestasi di bidang akademik, tetapi juga bagi pelajar yang memiliki kisah perjuangan, keberanian, serta semangat untuk bangkit dari berbagai
keterbatasan.
“Saya ingin semua pelajar punya kesempatan yang sama untuk didengar, karena setiap pelajar punya cerita berharga.” Ujar Jumadi.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kecintaannya terhadap dunia desain yang bermula dari
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Saat bergabung dalam tim buletin sekolah, Jumadi menemukan kesenangan tersendiri dalam menata layout dan membuat desain visual.
Namun, di balik aktivitas sederhana itu, tumbuh sebuah harapan besar untuk dapat
memanfaatkan hobinya dan menciptakan dampak positif bagi orang lain.
Suatu hari, ketika berselancar di media sosial, ia menyadari sesuatu yang mengganggunya.
Banyak platform edukasi hanya menampilkan pelajar dengan segudang prestasi akademik, seolah hanya mereka yang pantas mendapat sorotan. Padahal masih banyak pelajar lain yang memiliki kisah tak kalah inspiratif, misalnya mereka yang bangkit dari lingkaran perundungan, mengubah hobi menjadi usaha, atau menemukan jati diri melalui proses yang
penuh tantangan.
Dari keresahan itulah Edukatif Indonesia lahir, sebuah platform kolaboratif yang mengusung prinsip inklusivitas dan apresiasi. Melalui dua program utama yaitu “Kisah Inspiratif” dan “Tips & Trick”,
Jumadi membuka ruang bagi pelajar di seluruh Indonesia untuk berbagi pengalaman mereka secara terbuka. Platform ini memanfaatkan Instagram dan Blogger sebagai media publikasi utama, menghadirkan konten dengan sentuhan desain yang khas dan menarik. Meski demikian, perjalanan itu tidak selalu mudah.
Terbatasnya peralatan, minimnya kepercayaan audiens, serta persaingan dengan platform lain sempat membuat langkahnya terhenti sejenak.
Titik balik terjadi ketika Jumadi memberanikan diri mengajak salah satu kakak kelas yang dikaguminya untuk menjadi narasumber pertama. Kolaborasi tersebut berhasil menarik perhatian pelajar lain, dan dari sanalah jaringan kolaborasi Edukatif Indonesia mulai tumbuh.
Kini, lebih dari 90 pelajar dari berbagai daerah telah berpartisipasi dan berani
membagikan kisah mereka melalui platform ini. Setiap cerita membawa warna dan
kekuatan tersendiri, memperlihatkan keberagaman wajah pelajar Indonesia yang penuh semangat dan harapan.
Melalui konsistensi dan dedikasi, Jumadi belajar bahwa memberi dampak positif tidak harus menunggu menjadi sosok besar, tetapi yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulai dan kemauan untuk bertahan.
Ke depannya, Ia berharap Edukatif Indonesia dapat menjangkau lebih banyak pelajar dari seluruh penjuru Indonesia dan menjadi ruang bagi setiap suara muda yang ingin tumbuh, berkarya, dan menginspirasi. (*)