Depok, Inforakyatindonesia.com – Pencemaran limbah Setu Bahar semakin parah, bau menyengat, air menghitam, ikan mati massal, hingga timbunan sampah membuat situ yang berada di RT 002 RW 022, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong Kota Depok itu seperti “comberan raksasa”. Namun, hingga kini belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk menghentikan pencemaran dan pendangkalan yang terjadi.
Menurut Pembina Komunitas Peduli Lingkungan (KOPLING), Zarkasih Hasan bahwa, warga sekitar Setu Bahar kembali memuncak menyaksikan pencemaran Setu Bahar sudah berlangsung berulang kali. Aliran limbah yang terus masuk membuat air menghitam, mengeluarkan bau busuk, dan memicu kematian ikan dalam jumlah besar, Selasa (18/11/2025).
“Ini bukti nyata aliran limbah masuk terus. Ikan mati di mana-mana, kami semua jadi saksi setiap hari. Sampai kapan begini?” keluh warga.
Zarkasih Hasan, menegaskan bahwa kondisi lapangan makin jauh dari kata aman. Ia kecewa karena laporan-laporan sebelumnya belum direspons dengan kebijakan kongkret.
KOPLING menyampaikan protes keras ini pada hari ini Selasa (18/11/2025), menyoroti tidak adanya perkembangan berarti sejak kunjungan Wakil Wali Kota Depok beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Zarkasih menyampaikan bahwa, pemerintah daerah dinilai hanya melakukan kunjungan seremonial tanpa tindak lanjut yang jelas.
“Sudah banyak pejabat datang ke sini, foto-foto, lalu hilang begitu saja. Sementara warga tiap hari menghirup bau busuk. Air makin dangkal, makin kotor, makin rawan banjir,” tegasnya.
Ia juga menyoroti lemahnya koordinasi antara DLHK Kota Depok, DLH Kabupaten Bogor, Pemkot Depok, dan Pemprov Jawa Barat, mengingat sebagian aliran air ke Setu Bahar berasal dari wilayah luar Depok.
Warga mendesak pemerintah segera melakukan: Penertiban sumber limbah, Normalisasi dan pengerukan situ, Pembersihan sampah secara berkala, Pemulihan ekosistem air yang rusak, Koordinasi lintas daerah yang tegas dan terukur.
“Ini bukan hanya soal bau, tapi soal keselamatan ekosistem dan kesehatan masyarakat. Pemerintah harus bergerak, bukan sekadar meninjau,” tutup Zarkasih. (Tuhari)
